halamanbelakang.org—“Le vent se lève, il faut tenter de vivre”-nya Paul Valéry membuka film "The Wind Rises," yang bukan sekadar biografi seorang insinyur yang terobsesi pada aerodinamika. Lebih dari itu, film Miyazaki ini seperti lukisan surealis yang kelam, di mana harapan Jiro Horikoshi, sang perancang Zero, sebuah pesawat yang cantik sekaligus mematikan, berayun antara utopia personal dan kenyataan pahit di sebuah zaman yang paceklik.
Pada film ini, tidak ada dikotomi hitam-putih yang dangkal. Setiap rangkaian takdir adalah paradoks. Gempa dahsyat yang meluluhlantakkan Kanto, misalnya, justru menghadiahkan hikmah yang mempertemukan Jiro dengan Naoko, perempuan yang kelak menjadi pasangannya, memeluk hatinya erat-erat, dan bahkan terlampau erat. Seperti penggalan puisi Paul Valery yang terbisik lirih, segalanya fana, segalanya bergerak menuju akhir yang tak terhindarkan. Seperti angin, menyapu segala hal yang ia lewati.
Ironi pedih menggerogoti inti kisah ini: obsesi Jiro melahirkan keindahan dalam bentuk pesawat, namun keindahan itu menjelma menjadi mesin pembunuh yang menabur maut di langit-langit perang. Korban berjatuhan, orang tua kehilangan anak dan sebaliknya. Cintanya pada Naoko pun demikian, sebuah simfoni yang sayat hati, di mana kehangatan kasih berjalin erat dengan dinginnya vonis penyakit yang merenggut nyawa perlahan. Pada bagian ini Joe Hisaishi, sebagai pengisi soundtrack, mampu dengan apik mengiringi perasaan kalut Jiro yang mendalam. Duka atas kematian istrinya, dan haru atas kelahiran burung besi yang ia rancang di waktu lain.
Di antara bagian-bagian kelam itu, jauh sebelum perasaan bersalah yang ia hadapi sebagai perancang pesawat tempur kala perang, kita dibawa melihat dunia lain, menemani Jiro bertemu Caproni; seorang desainer pesawat-pesawat mahaajaib, pesawat di mana didalamnya berisi manusia yang teriak kegirangan karena bisa melihat dunia yang utopis dengan burung besi yang bentuknya tidak lazim.
Miyazaki, melalui lensa melankolisnya, mengajak kita menatap palung kehidupan yang absurd ini. Memukul kita dengan sebuah kenyataan bahwa kita sebetulnya tidak mengerti apapun termasuk nyanyian falseto yang menyelinap di antara hasrat untuk mencipta, untuk menggapai ideal, dan konsekuensi tak terduga yang selalu mengintai di balik tingginya pesawat kertas yang basah dan rapuh. Sebuah refleksi getir, bahwa menjadi manusia berarti merangkul paradoks ini, bernyanyi di antara keindahan pantulan gema yang memukau dan bayangan gelap lorong panjang yang bacin.
The Wind Rises | 2013 | Durasi: 126 Menit | Sutradara: Hayao Miyazaki | Penulis: Hayao Miyazaki | Produksi: Studio Ghibli | Negara: Jepang | Pemeran: Hideaki Anno, Miori Takimoto, Hidetoshi Nishijima, Masahiko Nishimura, Steve Alpert, Morio Kazama, Keiko Takeshita, Mirai Shida, Jun Kunimura, Shinobu Otake, Nomura Mansai
_
ditulis oleh Agung R. Efendi | diunggah 21 April 2025, 13:22