Karya: Diana N. L.
Seseorang yang terkucilkan sejak kecil karena suatu perbedaan.
Hahaha, Kau melihat diriku?
Mereka berkata, bahwa kita sudah
menerapkan toleransi, kita adalah bangsa yang akan kaya toleransi, kita
menghargai pendapat orang lain, kita tidak mencela dia yang berbeda dengan
kita, kita tidak pernah mendiskriminasikan seseorang, kita sangat mencintai
semboyan bhineka tunggal ika.
Arghhh…
Bla-bla-bla, apakah itu benar?
Apakah itu nyata?
Kalian sudah yakin?
Apakah kalian tidak salah?
Tapi, tapi aku tak merasakan hal itu?
Mengapa? Atau hanya aku? Kenapa mereka mendiskriminasikanku? Apa karena
perbedaan warna kulitku? Apa karena perbedaan pandanganku, sehingga kalian
mengucilkanku? Apa karena aku berbeda?
Saat aku sekolah dasar, yang kutahu
negara Indonesia adalah negara yang kaya akan toleransi? Dengan semboyan
bhineka tunggal ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua. Bukankah toleransi itu
tidak hanya soal agama? Bahkan politik, pandangan, ras, budaya, warna kulit dan
banyak lagi...
Hahahahahaha, tapi kenapa diriku tak
merasakannya? Hari-hari aku dikucilkan dengan alasan perbedaan. Padaku mereka
berkata, “Hei! kamu - Si hitam dekil. Kamu ga mandi ya sampe ireng begitu.
Jangan so pinter deh jadi orang, kamu hanya perempuan, ga bakal tau apa-apa!
Jangan dekati dia, DIA BERBEDA!”
(Tangis) Bisakah aku ikut masuk dalam
ruang toleransi itu? Aku ingin dihargai dan ‘tak ingin dibedakan. Walaupun aku
berbeda, aku ingin diperlakukan sama. Aku masih sama ‘kan dengan kalian? Aku
masih sama! Setidaknya aku warga negara Indonesia dan aku sama dengan kalian.
Setidaknya, ANGGAPLAH AKU SEBAGAI MANUSIA.
Pikirkanlah! Toleransi bukan berarti
aku harus setuju dengan semua yang kalian lakukan. Bukan berarti aku membiarkan
yang salah menjadi benar. Tetapi aku akan tetap menghormatimu, walau kita tak
sejalan. Karena hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan saling
membenci hanya karena kita tak sama.
Aku
percaya, dunia akan lebih damai jika kita mau memberi ruang.
Ruang untuk bicara.
Ruang untuk mendengar.
Ruang untuk saling mengerti.
Kita mungkin tidak akan pernah
menjadi sepenuhnya sama.
Tapi, bukankah justru perbedaan yang
saling menghormati yang membuat Indonesia begitu indah?
Perihal yang mungkin kalian pikir
remeh, tapi toleransi bukan hanya sekadar menghargai perbedaan agama ataupun
budaya, tetapi masih banyak perbedaan yang harus tertanamkan dalam nilai
toleransi.
Layaknya aku dan keadaanku.