@halamanbelakangdotorg ada di instagram, loh

#ResensiBuku: Laut Bercerita




Judul        : Laut Bercerita
Penulis     : Leila S. Chudori
Penerbit    : KPG Jakarta
ISBN         : 9786024246945
Jumlah Halaman : 400 Halaman

“Jangan tertipu oleh sampul cantiknya,” mungkin itu pesan pertama bagi teman-teman yang ingin membaca buku ini. Buku ini berjudul Laut Bercerita. Menarik, bukan? Seperti judulnya, penulis mengajak para pembaca untuk memasuki kehidupan  tokoh bernama Laut.

Berlatar di era Orde Baru, Biru Laut Wibisana, atau biasa dipanggil Laut, merupakan seorang mahasiswa dan aktivis pergerakan di Yogyakarta. Ia bersama rekan-rekan bergabung dengan organisasi Winatra dan Wirasena, sebuah organisasi yang sering mengadakan berbagai kegiatan yang kala itu dianggap terlarang oleh pemerintah, seperti: membaca buku, mendiskusikan buku yang dicap “kiri”, melakukan pementasan teater perlawanan, mengadakan kegiatan demonstrasi kelompok tani, dan berbagai aksi perlawanan kepada pemerintah Orde Baru yang telah berbuat zalim dengan mengambil hak-hak rakyat.

Namun, aksi Laut dan rekan-rekan menghadapi beberapa ancaman dari  pihak yang tidak menyukai  gerakan mereka. Mereka “diangkut”, dibungkam, dan dihilangkan oleh pasukan khusus guna melenyapkan orang-orang yang menentang pemerintahan kala itu. Pada novel ini,  penulis juga menjelaskan kengerian siksaan dan intimidasi yang dilakukan oleh aparat kepada aktivis, bahkan hingga menimbulkan korban jiwa.

Kemudian cerita beralih pada sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut yang menjadi korban dari keluarga aktivis yang dihilangkan. Kita akan dibawa pada suasana dan perasaan para keluarga korban aktivis yang seolah tidak didengar, tidak mendapat kepastian, dan tidak dipedulikan oleh pihak pemerintah yang seharusnya berperan dalam melindungi masyarakatnya. Asmara dan rekan-rekan LBH kemudian membentuk suatu forum bagi keluarga aktivis yang masih berstatus hilang. Sambil mencari secercah petunjuk yang ditinggalkan oleh Laut, mereka melakukan aksi untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah mulai dari: Aksi Kamisan (protes di depan Istana Presiden dengan memakai pakaian berwarna hitam setiap hari Kamis), melakukan konferensi pers, hingga melakukan kunjungan ke PBB guna mendapatkan dukungan secara langsung.

Meskipun dalam novel ini tokohnya adalah fiktif, penggambaran kisahnya dapat memberikan gambaran bagi para pembaca bahwa hidup dalam kondisi era pemerintahan otoriter akan membuat hidup masyarakatnya tidak bebas dan terkekang. Perlu adanya perjuangan untuk menghentikan kezaliman tersebut, meskipun harus dengan mengorbankan nyawa.



Petikan Puisi:
“Matilah engkau mati
kau akan lahir berkali-kali...”

                                                            Cikampek, 30 September 2025

                                                                        Tedi Juhana_



Posting Komentar

tinggalkan sesuatu di halamanbelakang.org!